Gasing, Hidup Lestari di Kalangan Masyarakat Adat Dayak Sa’ban

Permainan gasing di Festival Irau ke-11 Malinau.
Permainan gasing di Festival Irau ke-11 Malinau.

Lensantara, Malinau : Di tengah kemeriahan Festival Irau ke-11 dan HUT ke-26 Kabupaten Malinau tahun 2025, permainan gasing menjadi salah satu atraksi budaya yang menarik perhatian. Permainan tradisional ini menunjukkan keterampilan dan ketangkasan para pemain, sekaligus menjadi bukti masih lestarinya warisan budaya, termasuk di kalangan Suku Dayak Sa’ban.

‎Ketua Lembaga Adat Dayak Sa’ban Kabupaten Malinau, Johnson, menyampaikan bahwa permainan gasing telah diwariskan sejak zaman nenek moyang dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Sa’ban di masa lampau. Menurutnya, permainan ini tidak hanya melatih kekuatan fisik, tetapi juga melatih kesabaran dan kecermatan.

‎“Gasing ini dibuat dari bahan alami seperti kayu keras atau tanduk hewan. Bentuknya kerucut agar putarannya stabil, dan untuk memainkannya digunakan tali dari kulit kayu atau daun fak yang dianyam kuat,” jelasnya, Selasa (21/10/2025).

‎Dalam permainan, setiap peserta melemparkan gasing ke tanah dengan teknik tertentu untuk menjaga agar putaran tetap seimbang dan bertahan lebih lama dari lawan. Keterampilan melilit tali dan cara melepaskan gasing menjadi kunci kemenangan.

‎Johnson menuturkan bahwa permainan gasing dulunya menjadi sarana hiburan masyarakat, terutama di waktu senggang setelah bekerja di ladang. Kini, tradisi itu masih dipertahankan dan kerap ditampilkan dalam kegiatan budaya seperti Irau sebagai wujud pelestarian nilai-nilai lokal.

‎“Selain melatih ketangkasan, permainan ini juga mengajarkan semangat kebersamaan dan sportivitas. Masyarakat belajar untuk menghargai lawan dan menikmati kebersamaan dalam suasana yang gembira,” katanya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *