LENSAntara, Malinau : Festival Budaya Irau ke-11 yang digelar dalam rangka HUT Kabupaten Malinau 2025 menjadi momentum penting bagi masyarakat pedalaman Kecamatan Sungai Tubu. Warga setempat bersiap membawa berbagai produk lokal untuk diperkenalkan kepada pengunjung sekaligus dipasarkan di arena festival.
Camat Sungai Tubu, Jimmy Sakay, mengatakan antusiasme warga cukup tinggi meski jarak tempuh ke Kota Malinau membutuhkan tenaga dan biaya yang tidak sedikit. “Produk yang mereka siapkan antara lain anyaman rotan, tampi bambu, saung dari bahan daun hutan, hingga rempah-rempah seperti jahe, kunyit, dan cabai hasil kebun,” terangnya, Sabtu (27/9).

(Foto : Ist).
Perjalanan dari desa ke pusat kabupaten bukan perkara mudah. Warga Desa Rian Tubu misalnya, harus berjalan kaki sebelum melanjutkan dengan perahu ketinting. Sementara masyarakat Long Titi menempuh perjalanan hutan dan sungai hingga dua hari, yang bisa lebih lama jika hujan deras mengakibatkan banjir.
(Foto : Ist).
Kendati akses sulit, Jimmy menilai motivasi warga tidak berkurang. Baginya, festival ini bukan sekadar perayaan budaya, melainkan sarana penting bagi masyarakat pedalaman untuk menunjukkan identitas sekaligus meningkatkan perekonomian keluarga. “Irau menjadi kesempatan agar produk mereka dikenal lebih luas,” ujarnya.
(Foto : Ist).
Sebagian warga bahkan mengatur ulang jadwal berladang agar bisa hadir di kegiatan tersebut. Sejak awal 2000-an, masyarakat Sungai Tubu mulai mengenal budidaya pertanian, dan kini produk rotan, anyaman bambu, serta rempah-rempah menjadi andalan mereka.
Festival Budaya Irau 2025 diharapkan tak hanya menjadi ruang pelestarian tradisi, tetapi juga membuka peluang bagi masyarakat pedalaman untuk memperkuat kemandirian ekonomi melalui produk lokal.