Lensantara, Malinau : Di tengah semarak Festival Budaya Irau ke-11 dan HUT ke-26 Kabupaten Malinau, Paguyuban Nusa Tenggara Barat (NTB) menghadirkan tradisi khas asal Bima bernama Kiri Loko, acara selamatan bagi ibu dan calon bayi pada kehamilan pertama saat memasuki usia tujuh bulan.
Digelar di kawasan Padan Liu Burung (PLB), Selasa (14/10/2025), tradisi ini menjadi salah satu atraksi budaya yang mencuri perhatian. Dalam bahasa Bima, kiri berarti “pindah” atau “menggeser”, sedangkan loko berarti “perut”, yang secara makna menggambarkan ritual doa selamatan agar kehamilan berjalan lancar hingga waktu persalinan tiba.

“Upacara ini adalah tradisi warisan leluhur kami sebagai bentuk doa keselamatan bagi ibu dan bayi dalam kandungan,” ujar Anwar, Ketua Paguyuban NTB Malinau. Ia menjelaskan, prosesi Kiri Loko dipimpin oleh seorang sando atau perempuan tua yang dipercaya memiliki kemampuan spiritual untuk mendampingi ibu hamil selama ritual berlangsung.
Salah satu bagian paling menarik dari Kiri Loko adalah ritual membelah kelapa di atas kepala ibu hamil. Masyarakat percaya, arah belahan kelapa menjadi pertanda jenis kelamin bayi, bila menghadap ke bawah diyakini laki-laki, sementara bila menghadap ke atas dipercaya perempuan.
Prosesi ini kerap disamakan dengan gender reveal dalam budaya modern, namun Kiri Loko memiliki makna yang jauh lebih dalam karena disertai nilai spiritual yang kuat. Ritual kemudian dilanjutkan dengan penyebaran 44 keping uang logam yang sebelumnya disimpan di bawah tempat duduk ibu hamil.
Koin yang dilempar ke udara itu menjadi rebutan warga, karena dipercaya membawa keberkahan: bagi yang belum menikah akan segera mendapat jodoh, sedangkan bagi yang telah berkeluarga akan dianugerahi umur panjang dan rezeki berlimpah.